afinitas magma
Magma adalah cairan silikat pijar atau larutan silikat pijar cair yang bersuhu sangat tinggi yaitu berkisar antara 900°-1200°C atau bisa saja lebih dari itu,magma berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas,magma juga terbentuk secara alamiah dan bersifat mobile.
Afinitas magma merupakan perubahan komposisi – komposisi kimia yang
terkandung didalam magma yang disebabkan oleh oleh adanya factor – factor
tertentu. Aktifitas – aktifitas magma ini bisa berbeda satu sama lainnya di setiap
lingkungannya, kegiatatan afinitas magma dipengaruhi oleh adanya beberapa
factor, diantaranya :
- Perbedaan lingkungan tektonik
- Kandungan unsur kimia pada batuan sampling
Peccerillo dan
Taylor (1976) mengelompokkan jenis magma berdasarkan kandungan potassium (K2O)
dan silica (SiO2) menjadi empat golongan yaitu :
1.
Golongan Tholeiite
Memiliki kandungan potassium yang sangat rendah.
Berdasarkan kandungan silikanya golongan ini dapat dibedakan menjadi empat
jenis dengan urutan : Low K Tholeiite, Low K Basltic Andesitic, Low K Andesite,
dan Low K Dacite. Semakin ke arah low K dacite, kandungan silikanya semakin
besar.
2.
Golongan Calc-Alkaline
Memiliki
kandungan potassium yang relatif lebih besar dari golongan tholeiite.
Berdasarkan kandungan silikanya, golongan ini dapat dibedakan menjadi empat jenis
dengan urutan : Basalt, Basaltic Andesite, Andesite, dan Dacite. Semakin ke arah dacite, kandungan
silikanya semakin besar.
3.
Golongan High K Calc-Alkaline
Memiliki
kandungan potassium yang tinggi. Berdasarkan kandungan silikanya, golongan ini
dapat dibedakan menjadi tiga jenis dengan urutan : High K basaltic Andesite,
High K andesite, dan Latite. Semakin ke arahlatite, kandungan silikanya semakin
besar.
4.
Golongan Shoshonite
Memiliki
kandungan potassium yang sangat tinggi. Berdasarkan kandungan silikanya,
golongan ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis dengan urutan : Absarokite,
Shoshonite, dan Banakite. Semakin ke arah banakite, kandungan silikanya semakin
besar.
MAGMA
Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang
terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersama antara
90°-110°C dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga
selubung bagian atas (F.F Grounts,1947; Turner&Verhoogen,1960; H.Williams,1962).
Komposisi kimiawi magma dari contoh-contoh batuan beku terdiri dari :
- Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile dan
merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh
isi magma , sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2,
Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
- Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap
magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
- Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace
element) dan merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan
Pb
Secara fisika, magma merupakan sistem berkomponen
ganda (multi compoent system) dengan fase cair dan sejumlah kristal yang
mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada keadaan tertentu
juga berfase gas. Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses
“pembusukan” material-material radioaktif yang kemudian meluruh atau mengalami
disintegration menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih stabil dan
pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas) yang kemudian akan
melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari proses tersebut
dan pengaruhnya terhadap geothermal gradient yang mencapai 193.600°C inilah
magma dapat terbentuk. Pembentukan magma sebenarnya adalah suatu proses yang
sangat rumit.
Proses-proses ini berlangsung tahap demi tahap yang
kemudian membentuk sebuah rangkaian khusus yang meliputi proses pemisahan atau
differentiation, pencampuran atau assimilation, dan anateksis atau peleburan
batuan pada kedalaman yang sangat besar. Sementara itu, faktor atau hal-hal
yang selanjutnya akan menentukan komposisi suatu magma adalah bahan-bahan yang
meleleh, derajat fraksinasi, dan jumlah material-material pengotor dalam magma
oleh batuan samping ( parent rock).
Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan
atau disebut dengan evolusi magma. Proses perubahan ini menyebabkan magma
berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut :
a)
Hibridasi : proses pembentukan magma
baru karena pencampuran 2 magma yang berlainan jenis.
b)
Sintetis : Pembentukan magma baru
karena adanya proses asimmilasi dengan batuan samping.
c)
Anateksis : proses pembentukan magma
dari peleburan batu-batuan pada kedalaman yang sangat besar.
Dan dari proses-proses diatas, magma akan berubah
sifatnya, dari yang awalnya bersifat homogen pada akhirnya akan menjadi suatu
tubuh batuan beku yang bervariasi.
DIFERENSIASI MAGMA
Diferensiasi magma adalah suatu tahapan pemisahan atau
pengelompokan magma dimana material-material yang memiliki kesamaan sifat
fisika maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu kumpulan mineral
tersendiri yang nantinya akan mengubah komposisi magma sesuai penggolongannya
berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi banyak hal. Tekanan,
suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu sendiri dan kehadiran
pencampuran magma lain atau batuan lain juga mempengaruhi proses
diferensiasi magma ini.
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain
oleh proses-proses sebagai berikut:
a)
Hibridisasi = pembentukan magma baru
karena pencampuran 2 magma yang berlainan jenis.
b)
Sintesis = pembentukan magma baru
karena proses asimilasi dengan batuan gamping.
c)
Anateksis = proses pembentukan magma
dari peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar.
Sehingga dari akibat-akibat proses tersebut magma
selanjutnya mengalami perubahan daya kondisi awal yang homogen dalam
skala besar sehingga menjadi suatu tubuh batuan beku yang bervariasi.
Proses-proses differensiasi magma (keterangan untuk
Gambar 7) meliputi:
1. Vesiculation,
Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air
(H2O), Karbon dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2), Sulfur (S) dan Klorin
(Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk
gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan
membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti Sodium dan Potasium.
2. Diffusion,
Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma
dengan material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses
yang sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme
differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi
sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan
disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan
mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation,
Kristal-kristal ringan yang mengandung Sodium dan
Potasium cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas
reservoar dengan unsur-unsur Sodium dan Potasium.
4. Gravitational Settling,
Mineral-mineral berat yang mengandung Kalsium,
Magnesium dan Besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah
bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan
kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya
dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat dan
lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral Silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock,
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material
asing dalam tubuh magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian
bercampur, meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan
mengubah komposisi magma. Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari
dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma
atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma.
Jika batuan dinding kaya akan Sodium, Potasium dan Silikon, magma akan berubah
menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan Kalsium, Magnesium
dan Besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi Gabroik.
Gambar asimilasi magma
6. Thick Horizontal Sill,
Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses
differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding
reservoir. Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan
menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada
lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
7. Fragsinasi,
Proses ini merupakan suatu proses pemisahan
kristal-kristal dari larutan magma karena proses kristalisasi perjalan tidak
seimbang atau kristal-kristal tersebut pada saat pendinginan tidak dapat
mengubah perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi sebagai
akibat dari adanya perubahan temperatur dan tekanan yang mencolok serta
tiba-tiba.
Gambar Crystallization and settling
8. Liquid Immisbility,
Ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan
pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membelah membentuk bahan
yang heterogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar